Selasa, 09 Juni 2009

Kehancuran Uang Kertas Mengikuti Deret Fibonacci...

Dikutip dari Gerai Dinar (M Iqbal)
Sunday, December 30, 2007

Bahwasanya uang kertas yang menjadi salah satu pangkal Riba pasti hancur, ini sudah dijanjikan Allah dalam surat Al Baqarah 276 : “Allah Memusnahkan Riba dan Mensuburkan Sedeqah...”.

Namun karena para ekonom dan ilmuwan sering mengabaikan peringatan Al-Qur’an dan mengandalkan teori dan analisa ilmiah semata, maka pada tulisan ini saya berusaha menjelaskan proses ilmiah kehancuran mata uang kertas (US Dollar, Rupiah ata apapun namanya) dengan menggunakan analisa statistik harga Dinar dalam Rupiah dan dalam US$ selama 40 tahun terakhir.

Dalam ilmu statistik ada yang dikenal sebagai Deret Fibonacci, yaitu deret angka-angka 0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89,144, 233, 377, 610, 987, 1597, 2584, 4181, 6765..dst. Angka-angka ini dihasilkan dengan cara menjumlahkan dua angka sebelumnya menjadi angka berikutnya. Contoh angka 5 adalah 2+3 ; angka 8 adalah 5+3 dst.

Apa istimewanya bilangan tersebut ? . Coba Anda bagi mulai angka 34:21 kemudian 55:34 gunakan kalkulator Anda dan set menjadi 3 digit di belakang koma – maka hasil pembagian akan menjadi angka 1.618. Begitupun angka-angka sesudahnya apabila dibagi dengan angka sebelumnya hasilnya akan menuju angka 1.618 tersebut.

Nah sekarang sebaliknya, bagi angka sebelumnya dengan angka sesudahnya...maka Anda akan selalu mendapatkan hasil angka 0.618.

Lantas apa istimewanya angka 1.618 dan 0.618 ini?. Ternyata angka ini banyak sekali kita jumpai di alam dan di tubuh kita. Barangkali ini antara lain yang diperintahkan Allah kepada kita untuk berpikir dalam surat Adz Dzaariyaat 21 “Dan juga pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan ?”. Ternyata bilangan tersebut juga digunakan Allah untuk menciptakan keindahan tubuh kita.

Coba ukur bagian tubuh Anda di area-area berikut, maka Anda akan menjumpai angka Fibonacci tersebut :

1. Jarak antara ujung jari dan siku / jarak antara pergelangan tangan dan siku.

2. Jarak antara garis bahu dan unjung atas kepala / panjang kepala.
3. 
Jarak antara pusar dan ujung atas kepala / jarak antara garis bahu dan ujung atas kepala.
4. 
Jarak antara pusar dan lutut / jarak antara lutut dan telapak kaki.
5. dst. dst.

Lantas apa hubungannya ini semua dengan kehancuran Rupiah dan Dollar ?.

Allah menjanjikan keteraturan di bumi ini ; coba perhatikan ayat berikut “Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah”. (QS. Al Mulk, 67: 3-4).

Dengan keteraturan pulalah Allah menghancurkan apa-apa yang di bumi, termasuk dalam memusnahkan Riba tersebut. Bahkan proses terjadinya kiamat-pun terurai secara rinci di Al-Quran dan Al Hadits, kejadiannya tahap demi tahap.

Di pasar modal, tahun 1937 ada ekonom yang terkenal R.N. Elliot yaang memperkenalkan teori gelombang yang disebut Elliot Wave Theory. Intinya naik turunnya harga saham juga mengikuti Deret Fibonacci tadi. Apabila kita bisa mengetahui kapan puncak yang satu, maka puncak berikutnya akan mendekati 1.618 kali puncak sebelumnya.

Dalam kaitan dengan nilai Dinar terhadap mata uang kertas Rupiah, titik puncak yang pertama dalam sepuluh tahun terkahir adalah di tahun 1998, sekarang sudah melewati puncak kedua. Bisa saja dalam waktu yang tidak terlalu panjang Dinar akan kelihatan lebih murah lagi, tetapi ini hanya sementara, selanjutnya akan menuju Deret Fibonacci berikutnya. Anggap puncak itu sekarang adalah Rp 1,096,900 per Dinar. Maka setelah menurun beberapa lama, harga Dinar insyaallah akan menuju puncak berikutnya yaitu 1.618 x Rp 1,096,900 atau berarti Rp 1. 8 juta , berikutnya lagi Rp 2.9 juta, Rp 4.6 juta, Rp 7.5 juta dst....sampai Rupiah benar-benar nggak ada nilainya.



Dollar Amerikapun demikian, puncak Harga Dinar tertinggi sebelumnya terjadi tahun 1980 dengan harga 1 Dinar setara US$ 88. saat ini harga Dinar yang mencapai US$ 116 masih belum mencapai puncak berikutnya. Berdasarkan Deret Fibonacci tersebut maka harga Dinar dalam waktu nggak terlalu lama insyaallah akan mencapai US$ 124. setelah itu akan turun sebentar, sebelum akhirnya rally menuju puncak-puncak berikutnya yaitu US$ 200 ; US$ 326, US$ 527 dst...sampai US$ benar-benar tidak ada nilainya.



Rentang waktu antara puncak satu dengan puncak lainnya bisa panjang (lihat US Dollar) – bisa pendek (lihat Rupiah)– tetapi polanya jelas dan jaraknya dari puncak satu ke puncak lain untuk seluruh mata uang kertas makin lama makin pendek. Ini juga sejalan dengan salah satu Hadits Rasulullah SAW yang pernah saya baca – mudah-mudahan Allah mengampuni saya bila saya keliru – yaitu apabila awal tanda kiamat sudah terjadi – maka tanda-tanda berikutnya akan beruntun terjadi dengan sangat cepat seperti jatuhnya butiran rantai kalung yang putus talinya....

Tanda-tanda kehancuran mata uang kertas sudah sangat jelas...., mudah-mudahan kita bisa mengambil pelajaran darinya.

*Catatan : Di pasar internasional yang pernah secara ringkas menggunakan Deret Fibonacci untuk analisa harga emas adalah Gold Price Organization, Ilmu duniawinya tulisan ini diilhami oleh analisa di situs mereka www.goldprice.org - saya hanya berusaha menambahkan sudut pandang saya sebagai seorang muslim melihat fenomena tersebut.

Dinar Investment Yield: Mistar Untuk Mengukur Hasil Riil Dari Investasi Kita...

Thursday, January 3, 2008
Dinar Investment Yield: Mistar Untuk Mengukur Hasil Riil Dari Investasi Kita...
Selama ini para pelaku bisnis dan juga individu menggunakan referensi suku bunga perbankan, SBI dan sejenisnya untuk mengukur apakah suatu investasi memberikan hasil yang baik atau kurang. Kalau hasil investasi tersebut lebih tinggi dari bunga deposito atau lebih tinggi dari SBI, maka investasi tersebut dikatakan berhasil dan sebaliknya.

Masalahnya adalah, alat ukur yang kita pakai tersebut menyusut nilainya dari waktu ke waktu – jadi hasil investasi yang diukur dengan alat ukur yang menyusut tentu juga tidak mencerminkan nilai yang sebenarnya. Mengenai penyusutan nilai uang kertas ini saya sudah bahas di tulisan sebelumnya.

Lantas apa alat ukur investasi kita yang lebih mencerminkan nilai daya beli yang sesungguhnya ?, lagi-lagi ya menggunakan Dinar sebagai pembanding. Namun kalau kita katakan tahun ini Dinar mengalami penguatan 32 % terhadap Rupiah maupun Dollar, apa artinya ini terhadap hasil investasi kita yang di Rupiah ataupun Dollar ? – tidak mudah bukan untuk mengkaitkannya ?.

Nah saya mencoba membuat alat ukur sederhana untuk keperluan tersebut, alat ini saya pakai sendiri untuk menilai investasi saya di beberapa usaha kecil-kecilan yang saya tangani. Saya share disini untuk para pembaca siapa tahu bermanfaat juga bagi orang lain.

Cara kerjanya sederhana saja, semua dibandingkannya dengan harga Dinar berdasarkan statistik rata-rata 40 tahun yang kita miliki, Dinar yang diam saja (tidak diinvestasikan = 0% hasil investasi dalam Dinar) memberikan hasil yang setara dengan hasil investasi dalam Rupiah rata-rata 30.04%/ tahun. Sedangkan terhadap hasil investasi dalam Dollar, ini setara dengan hasil investasi rata-rata 11.29%/tahun. Memang tahun 2007 lalu Dinar memberikan hasil yang exceptional 32% terhadap US$ Dollar – tetapi rata-ratanya 40 tahun ya 11.29% itu tadi.

Kalau diamnya Dinar saja memberikan hasil 4 kali lebih besar dari hasil deposito dalam Rupiah (setelah dipotong pajak Deposito Rupiah memberikan bagi hasil sekitar 7.5%/tahun) dan 3 kali deposito dalam US$ (setelah dipotong pajak Deposito US$ memberikan hasil sekitar 3.6%/tahun), maka alangkah baiknya kalau Dinar tersebut juga berputar untuk investasi. Kalau kita bisa berinvbestasi dengan hasil rata-rata 10% saja dalam Dinar, maka berdasarkan mistar Dinar Investment Yield tersebut hasil 10% dalam Dinar ini setara dengan 22.42 % dalam US$ dan setara dengan 43.04% dalam Rupiah.

Kalau deposito bagi hasilnya hanya antara seperempat sampai sepertiga dari Dinar yang disimpan saja, lantas apa investasi yang baik ?. Jawabannya adalah bisnis riil yang dijalankan dengan baik. Kalau belum ketemu bisnis yang baik atau mudharib yang bisa menjalankannnya, 'pertahankan dalam tangkainya' (Lihat QS : Ysuf 47-48) atau bahasa investasinya pegang dulu dalam bentuk asset yang paling aman - apa itu ya lagi-lagi Dinar. Lihat juga di dua tulisan saya sebelumnya mengenai Investai Dinar dan Bangun Ketahanan Ekonomi ...

Welcome to my blog

Peta Dunia

Google search

Google
 

Pesan bulan ini

Perbaharuilah selalu niat, agar senantiasa on the right track