Kamis, 25 Desember 2008

Ketika Rahmat itu Datang lewat Bencana

Keberadaan bisa bertahan karena adanya keseimbangan. Walaupun sebuah akibat tercipta karena adanya sebab, akan tetapi proses kausalitas tersebut tetap membutuhkan sebab lain, sehingga terjadi rangkaian sebab akibat yang kita kenal dengan istilah siklus. Ketika padi terkena hama tikus sehingga panen gagal , semua orang menyalahkan tikus sebagai penyebab kegagalan, padahal jika kita runut kebelakang pada siklus maka kita akan bertanya dimana posisi ular sawah yang biasa memangsa tikus ? siapa yang menyebabkan habitatnya menghilang ? Sebaliknya coba kita lihat kedepan, apa yang terjadi setelah kegagalan, bagaimanakah cara petani bertahan hidup ? bagaimana cara petani memulai menanam benih ? sebuah proses sebab akibat (kausalitas) baru akan muncul bertaut dengan yang lama, bisa jadi sang petani berubah menjadi pedagang dan berhasil dan akan selalu banyak kemungkinan yang terjadi.

Sebuah bencana akan selalu diartikan negatif jika dilihat dari skala kecil (mikro), sebagai contoh adalah bencana gunung berapi yang banyak menelan korban, baik jiwa maupun materi, pertanyaan nya adalah bagaimana seandainya tidak ada gunung berapi ? para peneliti menyebutkan bahwa jika tidak ada gunung yang bisa mengeluarkan larva dan uap panas yang ada didialam bumi maka larva akan tetap tersimpan didalam bumi dan terakumulasi terus menerus sehingga akibatnya bumi bisa meledak karena uap tersebut mengandung gas yang bisa meledak. Atau pertanyaan diganti menjadi 'mengapa gunung berapi tidak meletus pada tempat yang jarang di tempati manusia?' Sejarah menunjukan bahwa tempat dimana gunung berapi pernah meletus atau masih aktif adalah tempat yang paling subur untuk bercocok tanam dan secara fitrah manusia akan selalu mencari tempat seperti ini.

Tidak ada satupun kejadian di muka bumi ini tanpa rencana dan perhitungan Allah, Mungkin bagi kita bencana tetapi bagi orang lain adalah rahmat, Bagi kita penyakit adalah musibah atau ujian dari Allah tapi bagi dokter ini adalah rahmat berupa rezki, Banjir juga merupakan musibah tetapi bagi pengangkut barang dengan perahu hal ini adalah rahmat, selalu ada keseimbangan yang kita terkadang kurang mengerti lalu mendefinisikan segala rencana Allah dengan persepsi kita sendiri. Lihat lah paska bencana tsunami di aceh pertolongan Allah lewat tangan-tangan hambanya berlomba-lomba mendatangi, segala infrastruktur mulai kembali dibangun dengan tatanan yang lebih baik meski belum sempurna. Mungkin akan muncul pertanyaan 'mengapa yang mendapat musibah jauh lebih banyak dari yang mendapatkan rahmat ketika bencana terjadi ?, jika ketika berpuasa, kita di haruskan untuk bisa merasakan kelaparan yang di derita orang yang tidak mampu walau cuma sesaat maka ketika bencana datang kita seketika berubah menjadi saudara mereka karena bernasib sama padahal bagi mereka bencana atau tidak hidup mereka seperti tetap berada pada ujian panjang tanpa henti.

Vidyan0 komentar

Renungan

Belajar dari Kehidupan

Jika anak di besarkan dengan celaan, ia belajar memaki.
Jika anak di besarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi.
Jika anak di besarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah.
Jika anak di besarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri.
Jika anak di besarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri.
Jika anak di besarkan dengan iri hati, ia belajar rendah diri.
Jika anak di besarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah.
Jika anak di besarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri.
Jika anak di besarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri.
Jika anak di besarkan dengan pujian, ia belajar menghargai.
Jika anak di besarkan dengan penerimaan, ia belajar mencinta.
Jika anak di besarkan dengan dukungan, ia belajar menenangi diri.
Jika anak di besarkan dengan pengakuan, ia belajar mengenali tujuan.
Jika anak di besarkan dengan rasa berbagi, ia belajar kedermawanan.
Jika anak di besarkan dengan kejujuran dan keterbukaan, ia belajar kebenaran dan keadilan.
Jika anak di besarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan.
Jika anak di besarkan dengan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.
Jika anak di besarkan dengan ketentraman, ia belajar berdamai dengan pikiran.


Written by Kahlil Gibran

Welcome to my blog

Peta Dunia

Google search

Google
 

Pesan bulan ini

Perbaharuilah selalu niat, agar senantiasa on the right track